Ada Kupu-Kupu, Ada Tamu
Karya : Seno
Gumira Adjidarma
Taman di depan rumah kami kecil, penuh bunga. Aku
tidak pernah tau nama-nama bunga itu. Aku tau semua bunga itu indah. Aku duduk
di teras rumah, merasakan hangat matahari yang menerpaku. Aku sedang berpikir
bagaimana bisa bunga ciptaan manusia lebih mahal dari ciptaan Tuhan.
Aku sedang berpikir tentang keberadaan bunga dan
kulihat kupu-kupu itu datang, pergi dan datang lagi.
“
Wah, akan ada tamu ” kata istriku
“
Pasti? ”
“
Iya. Pasti ”
“
Kok bisa pasti ? ”
“
Bukankah kalau ada kupu-kupu tandanya pasti ada tamu ”
Aku
melihat kupu-kupu itu dan berpikir tentang tamu.
“
Jangan-jangan tamu itu mau meminjam uang ” kataku
“
Tidak mungkin. Lihat kupu-kupu itu warnanya bagus, pasti membawa keberuntungan
”
Keberuntungan
dan bencana menjadi hal penting dalam hidup kita. Kuamati kupu-kupu itu terbang
kesana-kemari. Tidak salah kalau kupu-kupu itu dibilang bagus. Apakah hal bagus
selalu membawa keberuntungan ?
Hidup
ini di penuhi teka-teki. Apa arti hidup seekor kupu-kupu ? mengapa kita harus
sibuk dengan tanda-tanda. Tamu macam apa yang akan datang nanti.
“
Bagaimana kalau tamu itu bukan pembawa keberuntungan ?”
“
Tidak. Tamu itu pasti pembawa keberuntungan. Lihat kupu-kupu itu bagus ”
“
Tidak ada kupu-kupu yang tidak bagus”
“
Ada. Sering sekali kupu-kupu jelek terbang sampai masuk rumah. Setelah itu
rumah kita kemalingan, setelah itu kamu kehilangan pekerjaan, setelah itu
kehormatan kita diinjak-injak orang. Kali ini kupu-kupunya bagus, pasti tamu
yang akan datang membawa keberuntungan. Aku yakin sekali ”
“
Itu tidak ilmiah”
“
Siapa bilang hidup ini ilmiah ? ”
Istriku
pergi ke dapur. Dimasaknya apa saja yang ada di dapur, karena ia merasa yakin
tamu itu akan datang.
“
Bagaimana kalau tamu itu tidak jadi datang? Siapa yang mau menghabiskan semua
makanan ini ? ”
“
Pasti datang. Tamu itu pasti datang.”
Aku
sungguh tidak mengerti, bagaimana seseorang bisa yakin akan sesuatu tanpa
dasar-dasar yang jelas. Aku merasa pemikiran tentang tamu benar-benar
menggangguku. Jangan-jangan tamu yang akan datang benar-benar membawa bencana.
“
Siap-siap barangkali tamu itu akan datang sesaat lagi ”
Jadi,
kubuka pintu pagar. Membersihkan segala perabotan, mengepel dan tanaman. Aku
menengok ke tikungan jalan barangkali tamu itu telah memasuki gerbang kompleks
perumahan. Semuanya segera di cek dan makanan pun sudah tertata rapi di meja.
Kami
berdua duduk di tepi sungai menunggu kedatangan tamu itu. Lalu ada kupu-kupu
lain dari seberang sungai. Kami berdua melompat memperhatikannya.
“
Wah kupu-kupu ini jelek. Bulukan lagi !”
“
Sial” kata istriku
Diusirnya
kupu-kupu itu dengan penggepuk kasur.
“
Jadi, ada dua tamu? ” kataku.
“
Ya. Yang satu membawa keberuntungan, yang satu membawa sial ”
“
Apa perlu kita masak lagi? ”
“
Tidak usah, yang membawa sial tidak perlu di jamu apa-apa ”
“
Loh ? ”
“
Kalau perlu kita usir saja ”
“
Wah !!”
Ketika
tiba saat makan siang, kami memakan sebagian dari masakan itu, sekadar untuk
mengatasi lapar.
Kami
pun berargumen tentang siapa tamu yang akan datang ini, sampai suasana begitu
terasa asing saat argumen kami memiliki pendapat yang sama. Bagaimana kalau
tamu itu bukan manusia. Kemudian mendadak muncul puluhan, ratusan, bahkan
mungkin ribuan kupu-kupu aneka warna berterbangan dan memenuhi pandanganku.
Istriku berteriak dan memegang tanganku, kurasakan pegangannya terlepas dan tak
kudengar lagi suaraku sendiri.
Jawaban
No.
|
Unsur
Instrinsik/Bukti
|
1
|
Tema :
Misteri
Bukti :
“Hidup ini dipenuhi
teka-teki. Apa arti hidup seekor kupu-kupu ? mengapa kita harus sibuk dengan
tanda-tanda. Tamu macam apa yang akan datang nanti.”
|
2
|
Penokohan
a.
Aku
1)
Berprasangka buruk, bukti : “Jangan-jangan tamu itu mau
pinjam uang”
2)
Waspada, bukti : “Bagaimana kalau tamu itu bukan
pembawa keberuntungan?”
b.
Istriku
1)
Terlalu percaya tahayul, bukti :
“Bukankah
kalau ada kupu-kupu tandanya pasti ada tamu”
2)
Pilih kasih, bukti :
“Tidak
usah, yang membawa sial tidak perlu di jamu apa-apa”
“Kalau perlu kita usir saja”
|
3
|
Alur :
Maju
Bukti :
Ø Tahap perkenalan
Tahap
perkenalan dimulai saat ia dan istrinya sedang duduk dan menikmati keindahan
bunga-bunga di taman.
Kutipannya: ‘Taman
di depan rumah kami kecil, penuh bunga. Aku tidak pernah tau nama-nama bunga
itu. Aku tau semua bunga itu indah. Aku duduk di teras rumah, merasakan
hangat matahari yang menerpaku.’
Ø Tahap konflik awal dimana masalah mulai muncul
Masalah
muncul ketika mereka melihat kupu-kupu masuk ke dalam rumah. Mereka yakin
akan ada tamu yang mengunjungi mereka dan akan membawa keberuntungan karena
kupu-kupu yang masuk ke dalam rumah warnanya sangat indah. Mereka pun
mempersiapkan banyak hal untuk menyambut kedatangan tamu itu.
Kutipannya: ‘Aku sedang berpikir tentang keberadaan
bunga-bunga ketiga kupu-kupu itu lewat, datang, pergi, dan datang lagi. “Wah,
akan ada tamu,” kata istriku.’
Ø Tahap konflik mulai menajam dan permasalahan mulai
lebih serius
Dimana
ketika ia dan istrinya tengah menunggu kedatangan tamu, tiba-tiba muncul
kupu-kupu buruk yang masuk ke dalam rumah mereka. Mereka sangat takut karena
mereka yakin yang datang adalah tamu pembawa sial.
Kutipannya: ‘Kami berdua sedang duduk di tepi sungai
menunggu kedatangan tamu itu.
Lalu ada kupu-kupu lain dari seberang
sungai. Kami berdua melompat memperhatikannya.“Wah kupu-kupu ini buruk
sekali. Bulukan lagi!” “Sial,” kata istriku, “sial!”’
Ø Tahap klimaks dimana pada tahap ini merupakan puncak
dari permasalahan
Tahap
ini terjadi saat ia dan istrinya menunggu kedatangan tamunya dan
menerka-nerka siapa yang akan datang, setelah adanya pertanda adanya
kupu-kupu yang masuk ke dalam rumah.
Kutipannya : ‘Ketika tiba saat makan siang, kami memakan
sebagian dari masakan itu, sekadar untuk mengatasi lapar.Kami pun berargumen
tentang siapa tamu yang akan datang ini, sampai suasana begitu terasa asing
saat argumen kami memiliki pendapat yang sama. Bagaimana kalau tamu itu bukan
manusia.’
Ø Tahap resolusi (penyelesaian) dimana pada tahap ini
konflik telah selesai dan telah menemui penyelesaian.
Penyelesaian
dongeng ini adalah ketika tiba-tiba muncul ribuan kupu-kupu yang memenuhi
pandangan mereka menandakan malaikat maut yang telah datang.
Kutipannya : ‘Kemudian mendadak muncul puluhan, ratusan,
bahkan mungkin ribuan kupu-kupu aneka warna berterbangan dan memenuhi
pandanganku. Istriku berteriak dan memegang tanganku, kurasakan pegangannya
terlepas dan tak kudengar lagi suaraku sendiri.’
|
4
|
Latar
a.
Latar Tempat
1)
Teras rumah, bukti :
“Aku duduk di teras rumah, merasakan hangat
matahari yang menerpaku”
2)
Dapur, bukti:
“Istriku
pergi ke dapur. Dimasaknya apa saja yang ada di dapur, karena ia merasa yakin
tamu itu akan datang”.
3)
Tepi sungai, bukti:
“Kami
berdua sedang duduk di tepi sungai menunggu kedatangan tamu itu”.
b.
Latar Suasana
1)
Damai, bukti :
“Aku
duduk di teras rumah, merasakan hangat matahari pagi menerpaku”
2)
Menengangkan, bukti :
“Kemudian
mendadak muncul puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan kupu-kupu aneka warna
berterbangan dan memenuhi pandanganku”
3)
Takut, bukti :
“Istriku
berteriak dan memegang tanganku, kurasakan pegangannya terlepas dan tak
kudengar lagi suaraku sendiri”.
c.
Latar Waktu
1)
Pagi hari, bukti :
“Aku duduk di teras rumah, merasakan hangat
matahari pagi menerpaku”
2)
Siang hari, bukti :
“Ketika
tiba saat makan siang, kami memakan sebagian dari masakan itu, sekadar untuk
mengatasi lapar”
|
5
|
Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama
|
6
|
Amanat :
a.
Jika ada tamu, hendaklah dijamu dengan sebaik-baiknya
b.
Tidak boleh membeda-bedakan tamu
c.
Jangan terlalu percaya tahayul
d.
Hendaklah waspada setiap saat
e.
Jangan suka berburuk sangka
|
Analisis Unsur Ekstrinsik
|
a. Nilai moral :
·
Menjamu tamu dengan baik
·
Jika ada tamu yang baik dijamu dengan baik, jika ada
tamu yang buruk tidak perlu dijamu kalau perlu diusir
b. Nilai
budaya/Tradisi : percaya tahayul
c.
Nilai agama :
belum ingin mati sebelum naik haji
|
0 komentar:
Posting Komentar