LK-4.7 Mengaplikasikan (menulis) Model
Pembelajaran Berbasis Penemuan, (Pembelajarannya tentukan sendiri)
Jawaban
:
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran
diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan sebagai suatu
pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Kurikulum 2013
terdapat tiga jenis model pembelajaran yaitu Model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Based Project Learning), Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Based
Problem Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning). Model pembelajaran
tersebut sesuai dengan pendekatan saintifik sehingga tepat untuk dilaksanakan
dalam proses pembelajaran.
Sebagai seorang guru,
kita harus mampu memilih dan mendesain model pembelajaran yang tepat bagi
peserta didik. Model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan tema
dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik. Di samping itu juga harus
memperhatikan keadaan atau kondisi peserta didik, bahan pelajaran, serta
sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran tersebut
dapat diterapkan secara efektif dan dapat menunjang keberhasilan belajar
peserta didik. Selain itu, seorang guru harus mampu mengelola proses belajar
mengajar yaitu mampu menguasai keterampilan dasar mengajar seperti membuka dan
menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, dan lain-lain.
Sehubungan dengan
kemampuan guru untuk memilih dan mendesain model pembelajaran yang tepat,
penulis akan memaparkan penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Model pembelajaran ini diharapkan dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik SMP
kelas VII dalam mempelajari struktur isi
cerpen.
A.
Definisi
Model Pembelajaran Penemuan (Discovery
Learning)
1)
Definisi
Discovery
mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem
Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini,
pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan
kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada
inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan
di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih
memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Pada Discovery
Learning materi yang akan disampaikan
tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan
mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif)
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery
Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented. Merubah
modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan
dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.
2)
Konsep
Di dalam
proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses
belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap
eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment,
yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan
baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat
berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Dalam Discovery
Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada
akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut
Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli
matematika. Dan melalui kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya,
menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
B. Langkah-langkah
Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery
learning di kelas adalah sebagai berikut:
1)
Perencanaan
Perencanaan pada model ini meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a)
Menentukan tujuan pembelajaran.
b)
Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c)
Memilih materi pelajaran.
d)
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta
didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e)
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
f)
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik.
g)
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta
didik.
2)
Pelaksanaan
Menurut Syah
(2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learningdi kelas,ada
beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum sebagai berikut.
Stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.Dengan demikian seorang Guru harus
menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan
mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
Problem statement (pernyataan/
identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
Data collection (pengumpulan
data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau
eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis.Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Data processing (pengolahan
data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan
secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah
ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
3)
Sistem
Penilaian
Dalam model
pembelajaran discovery, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan,
keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Jika bentuk
penialainnya berupa penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran discovery dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan
penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik, maka
pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format
penilaian sikap seperti yang ada pada uraian penilaian proses dan hasil belajar
pada materi berikutnya.
D. Penerapan
Model Pembelajaran Penemuan ( Discovery
Learning )
1.
Kompetensi
Dasar:
3.1 Memahami
teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,dan cerita pendek baik melalui lisan maupun
tulisan.
4.1 Menangkap
makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan
cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan.
2.
Topik : Cerpen
3.
Sub Topik : Struktur isi cerpen
4.
Tujuan
Pembelajaran :
1) Peserta
didik dapat menentukan struktur isi cerpen : (1)judul, (2) perkenalan, (3)
memperkenalkan siapa para pelaku, apa yang dialami pelaku dan dimana terjadinya
peristiwa, (3) komplikasi, konflik muncul dan para pelaku mulai bereaksi
terhadap konflik, kemudian konflik meningkat, (4) klimaks, konflik mencapai
puncaknya, (5) penyelesaian, konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaiannya
dan (6) amanat/pesan moral tersurat/tersirat teks cerpen setelah diberi
kesempatan mencermatinya.
2) Peserta
didik dapat menjelaskan unsur kebahasaan (kata-kata sifat untuk mendeskripsikan
pelaku, penampilan fisik atau kepribadiannya, kata-kata keterangan untuk
menggambarkan latar (latar waktu,tempat, dan suasana) dan kata kerja yang
menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelaku teks cerita pendek
setelah diberi kesempatan membaca.
5.
Alokasi Waktu : 2 kali pertemuan (4x45 menit)
6.
Tahap
Pembelajaran:
1) Stimulation
(simullasi/Pemberian rangsangan).
·
Peserta didik mengingat kembali tentang cerpen yang
pernah dibaca.
·
Peserta didik menyebutkan judul-judul cerpen yang
pernah dibaca.
2) Problem
statement (pertanyaan/identifikasi masalah).
·
Peserta didik dengan atau tanpa bantuan guru menanya
tentang struktur isi cerpen.
·
Peserta didk dengan atau tanpa bantuan guru menanya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri bahasa.
3) Data
collection (pengumpulan data).
·
Peserta didik mendiskusikan struktur isi teks cerpen
(judul, tokoh dan penokohan, latar, konflik, klimaks, peleraian, amanat).
·
Peserta didik mendiskusikan ciri bahasa teks cerpen.
·
Peserta didik menjawab atau mengajukan pertanyaan
terkait dengan isi teks cerpen (pertanyaan literal, inferensial, integratif, kritis).
4) Data
processing (pengolahan data).
·
Peserta didik menuliskan struktur isi cerpen(1) judul,
(2) perkenalan, (3) memperkenalkan siapa para pelaku, apa yang dialami pelaku
dan dimana terjadinya peristiwa, (3) komplikasi, konflik muncul dan para pelaku
mulai bereaksi terhadap konflik, kemudian konflik meningkat, (4) klimaks,
konflik mencapai puncaknya, (5) penyelesaian, konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesaiannya dan (6) amanat/pesan moral tersurat/tersirat teks cerpen
setelah diberi kesempatan mencermatinya.
·
Peserta didik dapat menjelaskan unsur kebahasaan
(kata-kata sifat ) untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik atau
kepribadiannya, kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar
waktu,tempat, dan suasana) dan kata kerja yang menunjukkan peristiwa-peristiwa
yang dialami para pelaku teks cerita pendek setelah diberi kesempatan membaca.
5) Verification
(pembuktian).
·
Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan tentang
struktur isi cerpen dan unsur kebahasaan.
·
Peserta didik menanggapi hasil presentasi kelompok
lain.
6) Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi).
·
Peserta didik memperbaiki dan melengkapi hasil kerja
kelompoknya.
·
Peserta didik dengan atau tanpa bantuan guru dapat
menyimpulkan struktur isi cerpen dan unsur kebahasaan.
Berdasarkan paparan
di atas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dapat diterapkan
pada pembelajaran struktur isi cerpen.
Model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menunjang keberhasilan belajar
peserta didik.
CERPEN "KUPU-KUPU IBU"
RPP TEKS CERPEN dengan model pembelajaran Berbasis penemuan Unduh
0 komentar:
Posting Komentar