Selasa, 28 Juni 2016

Anak Muda Gagal Nalar

0


Kenapa anak muda jaman sekarang lebih mudah tuk bilang " Tuhan, tolong ambil saja nyawaku sekarang!

Jujur miris melihat fenomena anak muda jaman sekarang. Ketika ego lebih dikedepankan dibanding nalar. Itu fakta!!

Yang denger langsung pengakuan si anak tersebut pasti ngerasa "ngeri-ngeri sedap". Segitu dangkalnya pikiran anak-anak muda jaman sekarang? tanpa rasa takut ataupun malu mengumbar rasa sedih yg berlebihan di media sosial di mana sebagian atau seluruh penghuni Fesbuk membaca pesan si anak tersebut. Yang jadi pertanyaan : Apakah si anak sadar dgn omongannya bisa jadi bumerang malah menjadi do'a buat si anak itu sendiri?

Gagal nalar yg dialami sebagian anak-anak belia yg menginjak usia dewasa atau istilahnya masa transisi dari anak menuju dewasa begitu mengkhawatirkan. Perlunya pendekatan orang2 dewasa (khususnya: orang tua) untuk memberikan nasihat/motivasi mengenai perkembangan mental si anak. Lengahnya pengawasan orang dewasa terhadap anak-anak muda belia menjadi faktor gagal nalarnya si anak terhadap pergaulan di lingkungan sosial.

Setelah membaca dan mendengar langsung pengakuan jujur si anak. saya sedikit cemas dgn keadaan mental anak tersebut.



Media sosial dalam dunia pendidikan remaja

0



Media sosial dalam dunia pendidikan merupakan proses penggunaan media dalam sistem dan metode belajar mengajar yang mengutamakan sebuah interaksi sosial didalamnya. Media sosial dalam dunia pendidikan telah menjadi sebuah bentuk timbal balik yang hasilnya baik positif ataupun negatif masih terus berkembang secara luas.

Media sosial dalam dunia pendidikan

Media sosial adalah sebuah media yang isinya diciptakan dan didistribusikan melalui sebuah interaksi sosial[1]. Media sosial merupakan sebuah aplikasi yang mengizinkan penggunanya berinteraksi dan memberikan timbal balik dengan sesama pengguna; membuat, mengedit dan membagikan informasi dalam berbagai bentuk (Prof. Neil Selwyn[2],2012). Pertumbuhan media sosial selama beberapa tahun terakhir telah membawa perubahan cara pemanfaatan internet bagi penggunanya dalam dunia pendidikan. Media sosial dalam dunia pendidikan secara fungsinya dikondisikan sebagai bentuk kolaborasi, keramahan, dan kreativitas penggunanya. kondisi yang terjadi kini, banyak kalangan masyarakat belum menyadari pentingnya kebutuhan sosial media dan internet dalam dunia pendidikan.

Halpin dan Tuffield (2010)[3] mengatakan pentingnya untuk menyadari bahwa dari sisi luar sebuah web dalam internet selalu bersifat sosial. Penggunaan media sosial dalam dunia pendidikan dirasakan belum dipandang istimewa. Penggunaan media sosial dalam dunia pendidikan sebagai media belajar telah dipandang penting pada pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi, karena sebagai bagian dalam dunia ber-jaringan sosial, pengguna media telah melampaui diri mereka sendiri dan menjadi bagian dalam suatu jaringan yang lebih luas. Proses pendidikan yang merupakan sebuah proses terstruktur dalam menyerap informasi dan ilmu pengetahuan.
Pemanfaatan media sosial dalam proses belajar

Proses belajar merupakan sebuah proses penyampaian informasi, ilmu pengetahuan, informasi yang secara formal dan informal sering terjadi di sekeliling kita. Proses belajar merupakan sebuah kondisi mengenai kapasitas individu untuk mengetahui lebih luas. Melalui sebuah media sosial, pengetahuan dan proses belajar tidak lagi hanya berfokus pada akumulasi pengetahuan individu sebelumnya. Terlepas dari baik ataukah buruk, menggunakan media tersebut sebagai media dalam proses belajar, maka jelas bahwa aplikasi dan perangkat media sosial telah berhasil menyediakan sebuah konsep tantangan baru dalam pembentukan pendidikan formal yang telah ada saat ini.

Pemanfaatan media sosial sebagai media belajar telah menunjang sebuah teori klasik mengenai teori pembelajaran sosial. Teori ini mengatakan bahwa proses belajar sosial berfokus pada bagaimana seorang individu belajar dengan menjadikan orang lain sebagai subjek belajarnya (Bandura, 2001). proses belajar ini telah ditunjang oleh media digital seperti bagaimana seseorang belajar menggoreng telur dengan melihat video orang lain menggoreng telur (Grant and Meadows, 2010: 53). Selain belajar mengenai sebuah perilaku sederhana mengenai keahlian seseorang, dalam media sosial dapat pula ditemukan bagaimana seorang individu belajar dan mulai memikirkan konsekuensi yang akan timbul dari perilaku yang dilakukan oleh subjek belajarnya. Media sosial pada kelanjutannya tidak hanya mengajarkan bagaimana sebuah teknologi komunikasi dan informasi memberikan dampak, tetapi juga mengajarkan bagaimana sebuah teknologi komunikasi diserap dan diadopsi (Bandura, 2001). Pemanfaatan Media sosial kini banyak terjadi pada proses pendidikan jarak jauh (e-learning) di mana proses belajar mengajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas, jarak, dan waktu.
Peran Media sosial bagi remaja

Media sosial telah menjadi sebuah sarana umum yang dipergunakan dalam kehidupan individu sehari-hari dan era baru dalam proses belajar mengajar (Rasmita Kalasi, 2014)[4]. Penyebaran informasi yang terjadi dalam kalangan remaja terbilang sangat cepat akibat media sosial, diungkapkan oleh Grant and meadows (2010) bahwa informasi dalam media sosial berkembang dan menyebar luas seperti virus dalam tubuh. Anak-anak pada usia remaja di Indonesia sangat cepat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi yang ada saat ini. Maka, tidaklah mengherankan jika kita berada di pusat keramaian, kita dapat melihat para remaja yang saat ini minimal menggunakan sebuah perangkat digital untuk membantu aktivitas mereka.

Media sosial memiliki daya tariknya sendiri bagi setiap kalangan, begitupula dengan kalangan remaja. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh kementrian Kominfo dalam penelusuran para pengguna aktivitas online pada anak usia remaja tahun 2014, ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media sosial sangat melekat dengan kehidupan remaja sehari-hari. Dalam studi ini ditemukan bahwa dari 98 persen remaja yang di survei tahu tentang internet dan 79,5 persen diantaranya adalah pengguna internet. Daya tarik internet dan media sosial inilah yang kemudian memegang peranan penting dalam membangun kemampuan berkomunikasi seseorang. Remaja saat ini begitu peka dengan perubahan yang terjadi dalam teknologi sosial, mereka mengikuti perkembangan tersebut dan menguasainya dengan proses belajar menggunakan metode “Trials and Error” (Rasmita Kalasi, 2014).

Pendidikan Remaja Indonesia

Pada dunia pendidikan remaja kini, proses belajar tidak lagi terfokus pada penyampaian informasi yang dibatasi dinding-dinding kelas. Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa jejaring sosial sangat popular pada perkembangan komunikasi saat ini (Rasmita Kalasi, 2014). Sosial media menciptakan sebuah budaya baru di mana para pengajar dan para peserta didiknya tidak hanya dapat melakukan proses belajar di dalam konteks ruangan secara fisik, namun karena munculnya media sosial memungkinkan proses pendidikan dilakukan dalam ruang lain secara maya. Penggunaan sosial media secara formal dapat diartikan sebagai kombinasi antara belajar secara analog maupun secara online. Komunikasi media sosial yang terintegrasi dengan baik melahirkan lingkungan belajar yang baru, peran guru perlahan berubah karena adanya teknologi media yang berkembang. Rasmita Kalasi[4] (2014) mengungkapkan bahwa peran guru yang awalnya merupakan pemberi pengetahuan, kini berubah menjadi pihak yang menfasilitasi pembagian pengetahuan karena informasi dan ilmu yang didapat oleh para peserta didik tidak lagi hanya didapat dari guru saja.

Penggunaan media sosial sebagai pembangun kualitas pendidikan mulai digalakkan. Berdasarkan penelitian Rasmita Kalasi pada tahun 2014, diperoleh hasil bahwa 90 persen peserta didik yang duduk di tingkatan fakultas menggunakan sarana media sosial dalam belajar dan mengerjakan tugasnya atau menggunakan media sosial untuk membangun karier di luar dunia kelas formal. Pembangunan pendidikan remaja lewat media sosial dapat membuktikan bahwa setiap individu pada dasarnya butuh berkomunikasi dan terlibat di dalam sebuah komunitas, terlepas dari apapun bentuk komunitas yang ada (Rasmita Kalasi, 2014). Setiap siswa remaja maupun mahasiswa yang terdorong untuk menggunakan media sosial sebagai salah satu media belajar perlu memiliki pemikiran yang kritis sebelum menggunakannya, serta dapat menyaring informasi yang diperoleh dalam internet dan media sosial.

Pendidikan dengan tingkat yang lebih tinggi di Indonesia telah menerapkan sedikit demi sedikit pemanfaatan media sosial dan internet dalam ruang lingkup didikannya. Kehadiran Media sosial telah menjadi pelengkap dalam proses penyampaian informasi secara digital, namun kehadirannya tidak serta merta menggantikan posisi media belajar lain yang sifatnya analog seperti media cetak. Penggunaannya terbatas pada kemampuan pengguna yang belum mempuni, seperti jaringan internet yang masih sulit didapatkan pada daerah-daerah tertentu di Indonesia.

sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial_dalam_dunia_pendidikan_remaja