Jumat, 01 Juni 2018

Perjodohan yang terlalu dipaksakan

0

Perjodohan itu tidak selamanya membahagiakan. Itu kalimat yang terucap di mulut saya waktu perjodohan tidak terlaksana. Momen itu hanya memperparah jalinan persaudaraan yang sudah lama terjalin.

Kejadian ketika saudara sepupu tanpa sepengetahuan menyebarkan no telepon ke orang-orang yang dia kenal saja membuat saya kesal. Entah maksudnya apa. Yang jelas dari kejadian itu saya merasa tidak sepaham dengan idenya. Menurut saya, ide saudara sepupu saya itu konyol. Makanya, saya selalu ingat momen memalukan itu sampai sekarang dan beranggapan bahwa perjodohan itu tidak benar.
Ceritanya, dulu kedua orang tua saya punya niatan mencarikan saya jodoh. Tak berpikir panjang kedua orang tua saya meminta tolong kakak dari ibu saya tuk mencarikan jodoh untuk saya. Tak berselang waktu, kabar itu disampaikan kakak ibu saya kepada anaknya. Bisa dibilang saya panggil anaknya uwak saya itu dengan sebutan 'teteh'. Dengar dari cerita almh ibu saya sebelum meninggal. Ibu saya sempat meminta teteh sepupu saya itu untuk mencarikan jodoh buat saya. Dan sepupu saya itu setuju. Tanpa pikir panjang sepupu saya itu langsung menyebarkan no telepon saya kepada teman-temannya. Tentu saja saya pun kaget. Maksudnya sepupu saya itu apa? Tanya dalam hati. Koq bisa selancang itu main ngasih-ngasih no telepon tanpa ijin saya. Dari kejadian itu lah saya mulai tidak menyukai niat sepupu saya yang seolah-olah saya benar-benar tak punya harapan lagi soal jodoh. Kecewa...?? Oh, jelas.. marah..?? Pasti..
Hal itu lah yang membuat saya enggan tuk menjelaskan penolakan saya terhadap beberapa laki-laki yang hendak dikenalkan sepupu saya itu. Dan yang buat saya gak habis pikir dengan sikap nyelonong girl sepupu saya itu. Koq tega bener yah punya sodara macam itu? Bukannya happy malah muak. Sorry cuma itu yang bisa saya ungkapin dengan sikap sepupu saya itu. Dengan tanpa ada penyesalan sama sekali sepupu saya itu cuma bilang ke saya soal no telepon yang disebar ke beberapa laki-laki yang kebetulan teman-temannya. Aduh, maaf teteh lupa gak bilang ke kamu! Tanpa rasa menyesal.

Kejadian itu lah membuat saya enggan tuk menghubungi sepupu saya itu untuk tanya-tanya soal laki-laki tersebut. Saya pikir itu konsekuensi yang harus diterima sepupu saya itu karena sudah mempermainkan perasaan saya. Jujur ada rasa trauma sejak dijodoh-jodohkan dengan beberapa laki-laki. Karena sejak dikenalkan ada perasaan tidak sreg dan tidak yakin bahwa yang dikenalkan itu jodoh terbaik.
Dari awal perkenalannya juga tidak baik maka akhirnya cerita perjodohan itu pun tidak baik. Sebenarnya 'basi' seh soal perjodohan itu. Hari gini masih dijodoh-jodohin, emangnya jaman siti nurbaya!! Pikir saya dalam hati.
Sejak kejadian itu lah saya putuskan tuk menghindar dari beberapa laki-laki yang akan dijodohkan. Mulai ganti no telepon sampai WhatsApp diganti. Alasannya yah itu, saya tidak suka cara-cara pemaksaan kehendak. Saya percaya soal jodoh gusti Allah sudah mengatur. Dengan siapa dan seperti apa kelak calon imam saya. Do'a saya pada Allah SWT diberikan calon suami yang baik, soleh dan bertanggung jawab dan tentunya kami berdua saling mencintai satu sama lain. Karena keinginan terbesar saya adalah menikah dengan laki-laki yang benar-benar kami berdua saling cinta dan sayang.