Sabtu, 10 Desember 2016

Mengaplikasikan Model Pembelajaran Berbasis Penemuan pada Teks Cerpen

0


LK-4.7 Mengaplikasikan (menulis) Model Pembelajaran Berbasis Penemuan, (Pembelajarannya tentukan sendiri)
Jawaban :
Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis model pembelajaran yaitu Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Based Project Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Based Problem Learning), dan Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning). Model pembelajaran tersebut sesuai dengan pendekatan saintifik sehingga tepat untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Sebagai seorang guru, kita harus mampu memilih dan mendesain model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan tema dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik. Di samping itu juga harus memperhatikan keadaan atau kondisi peserta didik, bahan pelajaran, serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran tersebut dapat diterapkan secara efektif dan dapat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Selain itu, seorang guru harus mampu mengelola proses belajar mengajar yaitu mampu menguasai keterampilan dasar mengajar seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, bertanya, dan lain-lain.
Sehubungan dengan kemampuan guru untuk memilih dan mendesain model pembelajaran yang tepat, penulis akan memaparkan penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).  Model pembelajaran ini diharapkan dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik SMP kelas VII dalam mempelajari struktur isi cerpen.
A.      Definisi Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
1)        Definisi
Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.  Pada Discovery Learning   materi   yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi   peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.  Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.
2)        Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
B.       Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut:
1)        Perencanaan
Perencanaan pada model ini meliputi  hal-hal sebagai berikut.
a)         Menentukan tujuan pembelajaran.
b)        Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan sebagainya)
c)         Memilih materi pelajaran.
d)        Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e)         Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
f)         Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g)        Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
2)        Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learningdi kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation  guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin  masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
3)        Sistem Penilaian
Dalam model pembelajaran discovery, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya  menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian  dapat menggunakan contoh-contoh format penilaian sikap seperti yang ada pada uraian penilaian proses dan hasil belajar pada materi berikutnya.
C.   Contoh dalam kegiatan pembelajaran di RPP





D. Penerapan Model Pembelajaran Penemuan ( Discovery Learning )
1.    Kompetensi Dasar:
3.1     Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,dan   cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan.
4.1     Menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan.
2.    Topik                     : Cerpen
3.    Sub Topik             : Struktur isi cerpen
4.    Tujuan Pembelajaran :
1)      Peserta didik dapat menentukan struktur isi cerpen : (1)judul, (2) perkenalan, (3) memperkenalkan siapa para pelaku, apa yang dialami pelaku dan dimana terjadinya peristiwa, (3) komplikasi, konflik muncul dan para pelaku mulai bereaksi terhadap konflik, kemudian konflik meningkat, (4) klimaks, konflik mencapai puncaknya, (5) penyelesaian, konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaiannya dan (6) amanat/pesan moral tersurat/tersirat teks cerpen setelah diberi kesempatan mencermatinya.
2)      Peserta didik dapat menjelaskan unsur kebahasaan (kata-kata sifat untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik atau kepribadiannya, kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu,tempat, dan suasana) dan kata kerja yang menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelaku teks cerita pendek setelah diberi kesempatan membaca.
5.    Alokasi Waktu     : 2 kali pertemuan (4x45 menit)
6.    Tahap Pembelajaran:
1)   Stimulation (simullasi/Pemberian rangsangan).
·        Peserta didik mengingat kembali tentang cerpen yang pernah dibaca.
·        Peserta didik menyebutkan judul-judul cerpen yang pernah dibaca.
2)   Problem statement (pertanyaan/identifikasi masalah).
·        Peserta didik dengan atau tanpa bantuan guru menanya tentang struktur isi cerpen.
·        Peserta didk dengan atau tanpa bantuan guru menanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri bahasa.
3)   Data collection (pengumpulan data).
·        Peserta didik mendiskusikan struktur isi teks cerpen (judul, tokoh dan penokohan, latar, konflik, klimaks, peleraian, amanat).
·        Peserta didik mendiskusikan ciri bahasa teks cerpen.
·        Peserta didik menjawab atau mengajukan pertanyaan terkait dengan isi teks cerpen (pertanyaan literal, inferensial, integratif, kritis).
4)   Data processing (pengolahan data).
·        Peserta didik menuliskan struktur isi cerpen(1) judul, (2) perkenalan, (3) memperkenalkan siapa para pelaku, apa yang dialami pelaku dan dimana terjadinya peristiwa, (3) komplikasi, konflik muncul dan para pelaku mulai bereaksi terhadap konflik, kemudian konflik meningkat, (4) klimaks, konflik mencapai puncaknya, (5) penyelesaian, konflik terpecahkan dan menemukan penyelesaiannya dan (6) amanat/pesan moral tersurat/tersirat teks cerpen setelah diberi kesempatan mencermatinya.
·        Peserta didik dapat menjelaskan unsur kebahasaan (kata-kata sifat ) untuk mendeskripsikan pelaku, penampilan fisik atau kepribadiannya, kata-kata keterangan untuk menggambarkan latar (latar waktu,tempat, dan suasana) dan kata kerja yang menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelaku teks cerita pendek setelah diberi kesempatan membaca.
5)   Verification (pembuktian).
·        Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan tentang struktur isi cerpen dan unsur kebahasaan.
·        Peserta didik menanggapi hasil presentasi kelompok lain.
6)   Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).
·        Peserta didik memperbaiki dan melengkapi hasil kerja kelompoknya.
·        Peserta didik dengan atau tanpa bantuan guru dapat menyimpulkan struktur isi cerpen dan unsur kebahasaan.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dapat diterapkan pada pembelajaran struktur isi cerpen. Model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.

CERPEN "KUPU-KUPU IBU"

RPP TEKS CERPEN dengan model pembelajaran Berbasis penemuan Unduh

0 komentar:

Posting Komentar