Minggu, 01 Desember 2019

Terjebak di dalam Lift

0


Cerpen "Terjebak di dalam Lift" merupakan kisah nyata atau pernah dialami. Kejadian sekitar tahun 2000an, penulis merasa tergelitik mengingat cerita waktu itu. Karena waktu itu penulis terbilang sangat muda dan lugu. Apalagi waktu itu penulis untuk pertama kalinya mencoba menggunakan Lift tabung yang di mana lift tersebut masih jarang-jarang ada di setiap tempat perbelanjaan di kota kecil dibanding dengan eskalator. Saking udiknya waktu itu penulis nekad memasuki lift tabung tanpa tahu petunjuk penggunaannya. Cerita itu sampai sekarang pun masih jadi ingatan yang sangat lucu bagi penulis oleh karena itulah penulis menceritakan kisah itu lewat cerpen berjudul "Terjebak di dalam Lift". 


       Jarum jam menunjukkan tepat pukul empat sore. Sore yang begitu cerah, serta awan yang ditutupi lembayung yang memancarkan sinar ke bumi. Sungguh indah suasana sore itu. Kulihat lagi ke arah jam. Lalu dari arah dapur terdengar suara gaduh. Ternyata ibu sedang memasak untuk persiapan buka puasa. Aku menghampirinya. Ibu pun tersenyum padaku sembari meminta bantuan ku. “Cha, tolong bantu ibu yah! Pintanya. Aku pun bergegas membantunya dan berkata, “iya, Bu!”
   Dari arah luar terdengar suara orang mengetuk pintu dan menyahutku. “Tok..tok.. Assalamualaikum, ca?” Sahutnya. Saking keasyikan membantu ibu di dapur. Aku pun sampai tak mendengar suara dari arah luar. Tapi, sayup-sayup suara itu terus berulang-ulang terdengar sampai pada akhirnya aku pun baru ngeuh kalau ada orang sedang bertamu ke rumah. Pekerjaan di dapur pun berhenti sejenak. Ibu langsung meminta aku untuk segera bergegas ke luar rumah untuk melihat siapa yang barusan mengetuk pintu. Setelah aku membuka pintu kulihat mereka sedang menunggu di depan teras rumah. Mereka adalah teman sepermainanku. Aku menghampiri mereka dan meminta mereka masuk ke rumah. “Maaf.. kalian pasti menunggu lama yah? Tanyaku dengan nada tidak enak hati. “Ayo, masuk dulu?”pintaku. Mereka pun masuk kedalam rumah untuk menunggu ku.
     Aku pun bergegas ke kamar. Ku rapikan rambutku dan tak lupa merias diri. Selesai merias aku mengambil tas dan langsung menemui ibuku di dapur. Aku berpamitan pada ibuku dan meminta ijin untuk pergi dengan teman-temanku. “Bu, aku pergi ke luar ya bareng teman-teman? Pintaku sambil memohon. Ibuku menatapku dengan cemas dan mengijinkan ku pergi bersama teman-teman. “Kamu hati-hati di jalan yah?” pinta ibu padaku dengan cemas. “Oh iya nanti pulangnya jangan terlalu malam yah?” pinta ibuku lagi pada kami.
    Kami pun pergi. Di tengah-tengah perjalanan kami sesekali melempar candaan. Dan tak terasa sudah sampai di pangkalan angkot yang biasa mereka menunggu penumpang. Tiba-tiba dari arah jalan tempat angkot itu ngetem kami melihat sosok laki-laki berperawakan kurus melambaikan tangan dan menyahut kami dengan menawarkan jasa angkot. "Ayo neng naik angkot ini, sebentar lagi kami mau jalan! serunya. Dan sesekali bunyi klakson angkot pun dibunyikan oleh si supir. Tiiiiiin..... Tiiiiin..... (suara klakson berbunyi keras sampai terdengar di gendang telinga). Si Kernet angkot pun langsung menghampiri kami menawarkan kami untuk jasa antar. "Ayo neng mau naik gak? Tanya si Kernet. Salah satu dari kami pun langsung mengangguk tanda setuju. Dan kami pun langsung mendekati angkot tersebut. Kebetulan sore itu di dalam angkot belum ada penumpang jadi hanya kami saja. Kami pun satu persatu memasuki angkot tersebut. Sambil angkotnya penuh kami pun menunggu penumpang lain. Untungnya sore itu cuaca cerah sekali walaupun di angkot kami merasa tidak nyaman karena panas. Keringat bercucuran menembus baju. Sungguh panas keadaan di dalam angkot itu. Tapi kami tetap bertahan. Sampai tibanya para penumpang lain pun akhirnya memadati angkot tersebut. Di dalam angkot kulihat suasana yang berbeda di mana para penumpang satu dengan yang lain memiliki kepentingannya sendiri. Ada yang sibuk ngobrol di HP, ada yang seolah-olah tidak peduli dengan penumpang lainnya. Kami semua penumpang tampak asing karena tidak saling mengenal satu sama lain. Di sepanjang perjalanan kulihat pemandangan berbagai hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang dan sesekali ditemani lagu-lagu yang disuguhkan oleh pengamen jalanan yang kebetulan mangkal di pertigaan lampu merah. 
     Tak terasa waktu berlalu sampai pada akhirnya angkot yang kami tumpangi berhenti di tempat di mana tujuan kami berada. Kaki-kaki kami turun perlahan-lahan dari angkot. Salah satu teman kami yang terakhir turun membayar angkot dengan uang pas. Kami pun berjalan menyusuri tempat yang kami akan tuju. Ku lihat di sekitar tempat perbelanjaan banyak sekali orang-orang berlalu lalang yang datang dan pergi. Dan kulihat juga jajaran bawah pertokoan para pengemis yang mencari peruntungan dari orang-orang yang hendak berbelanja. Kulihat sosok anak kecil menghampiri kami dan memohon untuk diberi uang. Salah satu dari kami pun mengeluarkan uang receh untuk diberikan kepada anak itu. Tangannya menyodorkan uang ke arah anak itu. Lalu anak itu tersenyum dan berkata "Terima kasih, Kak!" Temanku menjawab ke arah anak itu "Sama-sama." sambil berlalu dari hadapan anak itu.
     Tiba-tiba dari arah berlawanan sesosok perempuan setengah baya dengan kerudungnya yang khas disertai seragam kebesarannya tersenyum pada kami. Tanpa diduga kami bertemu dengan guru kami waktu Sekolah Dasar. Dia melangkah berlawanan dengan kami. Dia menyapa kami dengan ramah dan menanyakan kabar kami. "Oh, rupanya kalian? tanyanya. Bagaimana kabar kalian sekarang? tanyanya lagi. Kami pun menghampiri dan memberikan tangan kami untuk menyalaminya. Kami tidak lupa mencium tangannya dan menjawab sapaannya. "Iya bu ini kami. Ibu masih ingat kami? tanyaku. "Alhamdulilah baik bu. Sekarang kami tidak satu sekolah bu." jawab temanku. "Kebetulan kita ada acara buka bersama jadi kami kumpul,bu. Jawab temanku lagi. Dan Bu guru pun menjawab "Alhamdulilah ibu masih ingat kalian. " Ibu guru pun meminta kami semua untuk sering-sering menengok ke sekolah. "Main lah kalian ke sekolah! Pintanya. Kami pun mengamininya "Insyaallah, Bu kalau kami ada waktu."Jawabku. Kami semua terhanyut dengan romansa obrolaan-obrolan pada masa sekolah dulu. Dan pada sampai akhirnya Bu guru pun berpamitan duluan pada kami. "Wah, gak kerasa ngobrol-ngobrolnya kalau gitu ibu duluan yah" Sahut Ibu. Kami pun mempersilahkan bu guru. "Baik bu. hati-hati di jalan yah bu?"pinta salah satu temanku. Sambil melangkah ibu guru pun mengangguk pada kami dan mengucap salam.
      Bu guru berlalu meninggalkan kami. Kami pun bergegas ke dalam toko. Kulihat di sekeliling toko berjajar patung manekin cantik dengan berbagai baju yang dipajang disertai harga serta merek tertentu. Tanganku memegang satu persatu baju yang menempel di manekin. Takjub dengan baju-baju yang dipajang. Kulihat harga baju yang menurut ku tidak biasa. "Mahal banget yah baju-baju ini." Gumamku dalam hati. Tiba-tiba saja temanku menunjuk kearah lift yang berjalan. Dia pun berinisiatif mengajak kami untuk  menggunakan Lift Tabung. Awalnya aku dan Nia ragu dengan ajakan Rani untuk memasuki lift itu. Tapi melihat orang-orang yang berlalu lalang memakai lift, kami pun penasaran ingin menggunakannya juga. Untuk memasuki lift itu kami harus mengantri terlebih  dahulu karena waktu itu lift sedang digunakan pengunjung lain. Sambil menunggu giliran kulihat disekitar lift tersebut dan kuperhatikan pula seisi lift. Lift dengan dinding kaca-kaca tembus pandang dengan tombol-tombol yang berjajar rapi. Kulihat orang-orang tertawa senang karena bisa masuk lift. Aku pun tergelitik dengan ulah sebagian pengguna lift. "Koq sampe segitunya yah?" Gumamku dalam hati. Lift turun naik dengan orang-orang di dalamnya. Kupandangi satu persatu wajah-wajah orang-orang itu. Kaca-kaca dinding lift yang tembus pandang itulah yang membuat para penggunanya bisa terlihat. Kadang orang-orang yang menggunakan lift merasa tidak nyaman karena terlalu diperhatikan oleh orang-orang yang sedang menunggu giliran. Ada yang acuh ada pula yang menundukan wajahnya. 
     Tibanya giliran kami untuk memasuki lift. Satu persatu dari kami pun akhirnya memasuki lift dengan perasaan was-was dan takut. Selain kami ada dua laki-laki yang ikut bersama kami. Bahkan aku pun sebenarnya enggan untuk ikut mereka. Tapi karena mereka memintaku. Akhirnya aku setuju. Kulihat sekitar isi lift. Hanya kaca-kaca tembus pandang dan juga tombol-tombol. Aku pun Bingung cara menggunakan tombol-tombol itu. Sampai akhirnya aku minta salah satu temanku untuk menekan salah satu tombol tujuan kami. Tanpa berpikir panjang akhirnya temanku menekan tombol yang aku pun tidak tahu kegunaannya. Setelah lift naik tiba-tiba saja listrik lift mati tanpa sebab. Otomatis lift yang kami naiki terhenti dan terkunci tidak bisa dibuka. Kami beserta kedua laki-laki tersebut mencoba untuk turun dengan menekan-nekan tombol yang ada. Tapi sayang sekali tidak ada pengaruh yang pada akhirnya kami terjebak di dalam lift itu dalam waktu yang begitu lama. Kami pun panik. Kami berpikir lift yang kami naiki akan jatuh kalau tiba-tiba mati. Tapi kedua laki-laki yang bersama kami mencoba menenangkan kami. Salah satu teman dari laki-laki tersebut bilang pada kami. "Tenang aja yah Teh jangan takut. Nanti juga pasti kita bisa keluar dari lift." Pinta laki-laki itu. Ketika kami panik. Kedua laki-laki itu yang kebetulan tujuannya sama dengan kami pun berusaha mengeluarkan kami dari lift dengan cara menekan tombol. Dan sesekali minta bantuan orang-orang yang di luar lift. Tangan laki-laki itu melambai-lambai ke arah luar dan mengedor-gedor kaca-kaca dinding. "Duk..duk..." Bunyi kaca dinding lift bergema. Tapi sayang tidak terbuka juga.
     Sampai akhirnya dari arah bawah lift beberapa orang berlarian menuju lift. Dan meminta kami untuk tenang. Salah satu orang-orang yang berlarian itu di antaranya seorang Manager Toko. Dia mencoba memenangkan kami. "Maaf, mbak dan Mas atas kejadian yang tidak berkenan ini. Kami janji akan segera memperbaiki lift ini. Jadi dimohon mbak dan mas nya tidak panik". Pinta si Manager itu. Semua orang yang berada di luar yang pada awalnya acuh akhirnya melihat kami yang berada di dalam lift. Obrolan-obrolan dari orang-orang di luar sana begitu ramai. Ada yang bersorak ramai ada pula dengan wajah cemasnya menenangkan kami. Semua orang memperhatikan kami yang berada di lift. Seolah-olah kami bintang film yang akan pentas. "Malu banget neh kita jadi bahan tertawaan orang-orang!" pikirku. Salting atau salah tingkah dan menahan malu diperhatikan semua orang. Membuat kami menundukkan wajah. Sesekali kedua laki-laki yang bersama kami mengajak kami ngobrol. Tiba-tiba saja salah satu temanku menangis ketakutan karena dipikirnya akan jatuh. "ALLAHUAKBAR!!!" teriaknya. Sontak orang-orang di luar sana tertawa renyah. Dan salah satu pengunjung toko pun berkomentar. "Tenang aja atuh Neng gak akan jatuh. Masalah lift mati mah biasa koq." celetuknya. 
      Salah satu karyawan yang sedang memperbaiki lift tiba-tiba menaiki rantai lift untuk memperbaiki lift tersebut. Orang itu menarik lift itu ke atas. sedangkan karyawan lainnya sibuk melumuri gerigi-gerigi  lift dengan oli. "Krek...krek..." terdengar suara rantai lift yang coba diperbaiki. Kami yang berada di lift pun merasakan seperti ada yang menarik keatas. Ternyata kami ditarik keatas secara manual oleh beberapa orang karyawan toko tersebut. Lift terus diperbaiki. Waktu pun berlalu sampai pada akhirnya mesin Lift bisa menyala lagi. Salah satu teman laki-laki dengan inisiatif menekan tombol buka pintu lift. Alhamdulilah pintu lift terbuka. Kami pun bersyukur atas usaha perbaikan yang dilakukan oleh karyawan-karyawan toko itu. Kami pun melangkah keluar dengan bahagia. Setibanya di luar Manager toko pun mengucapkan perminta maafnya pada kami semua atas insiden ini. 
      Setelah kami semua keluar dari lift. Kami yang semula tidak saling kenal dengan kedua laki-laki yang pada saat berada di lift. Kami mengucapkan banyak terimakasih karena dengan bantuan mereka kami tidak panik. Sesaat itu pun kami berpisah. Sisa-sisa kecemasan tampak di wajah kami semua. Walaupun kejadian itu sudah berlalu. Kami sepakat untuk pulang saja dan tidak melanjutkan rencana kami untuk buka bersama. Kami langkahkan kaki keluar toko itu bersama-sama. Kulihat di sekitar toko wajah-wajah pengunjung lain yang ikut cemas dan menyemangati kami. 
      Sesampainya di rumah ku ceritakan pada ibuku. Dengan melangkah pelan ku ceritakan insiden memalukan itu. "Bu tadi kami mengalami kejadian yang tidak mengenakan? kataku. Ibuku langsung menatapku dengan cemas. "Ada apa, Ca? tanya ibuku. "Tadi kami terjebak di lift." jawabku dengan nada sedih. "Koq bisa?" tanya ibuku lagi. Ceritanya panjang bu." kataku. Ibuku langsung mengusap kepalaku dan berkata "Ya sudah lain kali kamu harus berhati-hati lagi yah." pinta ibuku. 
Aku pun berlalu dari hadapan ibu dan pergi menuju kamar. Sambil menitikan air mata aku pun bergumam dalam hati "Aku kapok naik lift lagi! Kapok... Kapok.. !!! 

0 komentar:

Posting Komentar